pengolahan limbah secara biologi



PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh
manusia, hewan dan tumbuhan. Limbah cair merupakan unsur pencemaran yang
sangat potensial bagi lingkungan air. Unsur tersebut dapat membahayakan baik
terhadap manusia maupun kehidupan biota air. Oleh karena itu, pengolahan limbah
cair menjadi semakin penting artinya sebagai bagian dari upaya manusia untuk
mengamankan sumber-sumber air yang sangat dibutuhkan mengingat air tersebut
sangat terbatas.
Industri jamu merupakan salah satu industri yang banyak menghasilkan
limbah cair. Limbah cair industri jamu mengandung bahan organik dan bahan
berbahaya seperti fenol dan turunannya yang berasal dari bahan baku tanaman obat
yang dipakai. Kehadiran fenol dan turunannya pada badan air memiliki efek serius
terhadap kehidupan mikroorganisme meskipun pada konsentrasi yang relative
rendah(Kibret et al, 2000; Chung et al, 2003; Kumar et al, 2005).
Industri jamu X di Semarang menghasilkan limbah cair jamu dengan datadata sebagai berikut: pH 4,94; kadar COD 3610 mg/l; BOD 990 mg/l; fenol 9,8; dan
TSS 549. Hal ini masih sangat jauh dari ambang batas yang ditentukan pemerintah
menurut Perda Provinsi Jawa Tengah No.10 Tahun 2004 yaitu pH 6-9; kadar COD
150 mg/l; BOD 75 mg/l; fenol 0,2; dan TSS 75 sehingga dalam upaya mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan oleh limbah cair, maka proses pengolahan limbah
wajib dilakukan sebelum limbah tersebut dibuang ke badan perairan. Hingga saat ini
pengolahan limbah industri jamu dilakukan dengan proses kimia-fisika yaitu dengan
penambahan koagulan, aerasi dan sedimentasi. Meskipun dapat mengurangi
kandungan COD pada limbah, kadar COD limbah yang keluar dari unit pengolahan
limbah tersebut masih cukup tinggi.
Limbah cair jamu yang merupakan limbah organik dengan COD tinggi yang
dapat diolah secara biologis menggunakan lumpur aktif. Mikroba yang terdapat pada
lumpur aktif dapat menurunkan kadar COD limbah dengan memanfaatkan limbah
tersebut sebagai nutrisi. Bakteri yang digunakan merupakan kultur campuran atau
biakan murni. Untuk mendapatkan bakteri dengan biakan murni akan menambah
biaya. Karena pertimbangan ekonomis tersebut maka digunakanlah Activated
Sludge/ Lumpur Aktif dengan biakan campuran.
Data limbah yang diketahui COD = 3610 mg/l, sehingga penelitian kami
dilakukan secara anaerob dengan menggunakan lumpur aktif karena jika kadar COD
nya tinggi, penurunan COD nya akan lebih efektif dan efisien bila dilakukan secara
anaerob (Robert H. Perry, 1997). 


TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Cair
Air limbah (waste water) adalah air buangan dari masyarakat, rumah tangga,
industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya (Sutapa DAI, 1999). Di
dalam limbah cair terkandung zat-zat pencemar dengan konsentrasi tertentu yang bila
dimasukkan ke bahan air dapat mengubah kualitas airnya. Kualitas air merupakan
pencerminan kandungan konsentrasi makhluk hidup, energi, zat-zat, atau komponen
lain yang ada dalam air. Limbah cair mempunyai efek negative bagi lingkungan
karena mengandung zat-zat beracun yang mengganggu keseimbangan lingkungan
dan kehidupan makhluk hidup yang terdapat di dalamnya.
Karakteristik kimia bahan organik dalam limbah cair adalah sebagai berikut:
1) Protein
Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Protein mengandung karbon, hidrogen,
dan oksigen yang mempunyai bobot molekul sangat tinggi. Struktur kimianya
sangat kompleks dan tidak stabil serta mudah terurai, sebagaian ada yang larut
dalam air, tetapi ada yang tidak. Susunan protein sangat majemuk dan terdiri dari
beribu-ribu asam amino dan merupakan bahan pembentuk sel dan inti sel. Di dalam
limbah cair, protein merupakan unsur penyebab bau, karena adanya proses
pembusukan dan peruraian oleh bakteri.

2) Karbohidrat
Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu terdiri
dari unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi oleh
enzim dari bakteri-bakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan gas CO2
melalui proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses peruraian metabolik dari
bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi dan gas, yang
berlangsung dalam kondisi anaerobik. Metabolisme merupakan peristiwa
pembentukan dan peruraian zat di dalam diri makhluk hidup yang memungkinkan
berlangsungnya hidup. Pati merupakan salah satu karbohidrat yang relatif lebih
stabil, tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktivitas bakteri. Sedang sellulosa
merupakan salah satu karbohidrat yang paling tahan terhadap dekomposisi atau
peruraian bakteri. Karbohidrat ini keberadaannya dalam limbah cair mengakibatkan
bau busuk dan turunnya oksigen terlarut, sehingga dapat mengganggu kehidupan
biota air.

3) Minyak dan lemak
Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai komponen
utama karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Bahanbahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia dan bahkan ada
dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil,
tidak mudah terdekomposisi oleh bakteri.

4) COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi
senyawa organik secara kimiawi. Hasil analisis COD menunjukkan kandungan
senyawa organik yang terdapat dalam limbah. Analisis COD dapat dilakukan
dengan metode dikromat. (Driyanti Rahayu, 2007)

5) BOD (Biologocal Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi semyawa organik yang ada dalam limbah.
Hasil analisa BOD menunjukkan besarnya kandungan senyawa organik yang dapat
terbiodegradasi. (Driyanti Rahayu, 2007)

6) Deterjen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk
keperluan rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Bahan aktif pembersih yang
terkandung dalam deterjen di Indonesia sebelum tahun 1993 masih menggunakan
ABS (Alkyl Benzene Sulfonate). ABS ini dapat menimbulkan busa yang
mempunyai sifat tahan terhadap peruraian biologis, sehingga dapat menimbulkan
masalah pencemaran air. Sejak tahun 1993, bahan aktif ini diganti dengan LAS
(Linear Alkyl Sulfonate) yang busanya dapat diuraikan, walaupun harganya relatif
lebih mahal.

7) Phenol
Phenol juga merupakan bahan organik yang mempunyai sifat larut dalam air.
Bahan ini dalam air dapat menyebabkan iritasi yang kuat, racun terhadap kulit dan
dapat menyebabkan gangguan terhadap tenggorokan. Toleransi pengolahan untuk
air limbah industri adalah 500 mg/l, bila melebihi akan sulit untuk diuraikan secara
biologis. Toleransi maksimum untuk air limbah adalah 2 mg/l(Metcalf &Eddy,2004).

Pengolahan Limbah Cair secara Biologi
Hampir semua junis limbah cair dapat diolah secara biologi bila dilakukan
melalui analisis dan kontrol lingkungan yang benar. Proses pengolahan biologi
merupakan proses pengolahan air limbah dengan memanfaatkan aktivitas
pertumbuhan mikroorganisme yang berkontak dengan air limbah, sehingga
mikroorganisme tersebut dapat menggunakan bakteri organik pencemar yang ada
sebagai bahan makanan dalam kondisi lingkungan tertentu dan mendegradasi atau
menstabilisasinya menjadi bentuk yang lebih sederhana (Metcalf & Eddy, 2004).
Umumnya bakteri merupakan mikroorganisme utama dalam proses
pengolahan biologi. Karakteristik mereka beragam dan kebutuhan lingkungan yang
sederhana membuat mereka dapat bertahan pada lingkungan air limbah. Perlu
diperhartikan bahwa mikroorganisme lain juga dapat ditemukan pada lingkungan
pengolahan air limbah namun peranannya dalam oksidasi materi organik relatif kecil.
Proses pengolahan biologi juga dapat dibagi berdasarkan media pertumbuhan
mikroorganismenya, yaitu :
a. Suspended growth atau pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme berada dalam
keadaan tersuspensi di air limbah seperti pada reaktor lumpur akif atau kolam
oksidasi.
b. Attached growth atau pertumbuhan terlekat, mikroorganisme tumbuh terlekat pada
media pendukung yang berada di dalam air limbah. Media pendukung ini dapat
berupa media pendukung yang bergerak (rotating biological contactor, fluidized bed,
rotortogue), diam (trickling filter, baffled reactor), terendam (fluidized bed) maupun
tidak terendam (trickling filter).
c. Kombinasi dari suspended dan attached growth.
Secara keseluruhan, tujuan pengolahan limbah secara biologis pada limbah domestik
ialah (1) Mengubah (mengoksidasi) unsure terlarut dan partikel biodegradable ke
dalam bentuk akhir yang cocok (2) Menangkap dan menggabungkan padatan
tersuspensi dan padatan koloid yang sulit diendapkan pada lapisan biofilm (3)
Mengubah atau menghilngkan nutrien, seperti nitrogen dan fosfor (4). Pada beberapa
kasus, menghilangkan unsur dan senyawa trace organik spesifik. (Metcalf & Eddy,2004)

Pada dasarnya, cara biologi adalah pemutusan molekul kompleks menjadi molekul sederhana oleh mikroorganisme. Proses ini sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae, atau protozoa [9]. Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode biologi untuk peruraian bahan organik atau anorganik tanpa kehadiran oksigen. Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak metana (CH4), karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hydrogen sulfida (H2S) dan hidrogen (H2) [7]. Bakteri anaerob tidak memerlukan oksigen bebas dan dapat bekerja dengan baik pada suhu yang semakin tinggi hingga 40°C, serta pada pH sekitar 7. Bakteri anaerob juga akan bekerja dengan baik pada keadaan yang gelap dan tertutup [10]. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Bakteri penghasil asam Methanomonas
(CH2O)x xCH3COOH CH4+CO2
N-organik NH3
2H2S+ CO2 (CH2O)x+S+ H2O + E (26 kcal/mol glukosa)
Dalam proses anaerob ini, penguraian bahan organic dilakukan oleh mikroorganisme dan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, fase non-methanogenic. Bakteri pembentuk asam yang terdiri dari bakteri anaerob dan fakultatif [8] menghidrolisis senyawa organik komplek menjadi molekul sederhana. Pati yang terhidrolisis menjadi gula sederhana dan protein yang dipecah menjadi asam amino, sementara lemak
tetap utuh. Metabolisme ini akan menekan pH dan menghambat pertumbuhan bakteri dekomposisi [10]. Tahap kedua, fase methanogenic (penghasil metan). Mikroorganisme ini disebut sebagai bakteri pembentuk metan yang memanfaatkan asam organik sebagai substrat dan memetabolisme asam organik yang dibentuk oleh tahap pertama menjadi karbondioksida (CO2) dan metan (CH4). Asam amino akan dipecah dan mengakibatkan pembentukan amonia yang berfungsi untuk menetralkan asam dan meningkatkan pH bagi bakteri metan. Asam lemak didekomposisi menjadi senyawa sederhana, yaitu CH4 dan CO2.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Y. Putra. “Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (Upaya Pendekatan Dalam Arsitektur),” Skripsi Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara: Sumatera Utara (2011).
[2] N.R. Sa’adah dan P. Winarti. (2009). Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Lumpur Aktif Proses Anaerob. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. [Online] Available: http://eprints.undip.ac.id/11591/2/laporan_penlit_Puji_Rahmi.pdf
[3] Balfanz J & Rehm HJ, 1991, Biodegradation of 4-chlorophenol by adsorptive immobilized Alcaligenes sp. A 7-2 in soil, Appl. Microbiol. Biotechnol, 35: 662–668.
[4] Bambang Triono Basuki, 2001, Pengolahan Limbah Cair Tank Cleaning Tangki Timbun Instalasi Pertamina UPPDN IV Semarang, Jurnal Reaktor, Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang.
[5] Beltrame P, Beltrame PL & Carniti P, 1984, Inhibiting action of chloro- and nitro-phenols on
biodegradation of phenol: A structure-toxicity relationship. Chemosphere 13: 3–9.

Komentar

Postingan Populer